Public Relations

                                                                                                                                                        I.          PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya, humas (hubungan masyarakat) merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial (perusahaan) maupun organisasi yang nonkomersial. Mulai dari yayasan, perguruan tinggi, dinas militer, sampai dengan lembaga-lembaga pemerintah, bahkan pesantren dan usaha bersama seperti Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA) pun memerlukan humas. Kebutuhan akan kehadirannya tidak bisa dicegah, terlepas dari kita menyukainya atau tidak, karena humas merupakan salah satu elemen yang menentukan kelangsungan suatu organisasi secara positif. Arti penting humas sebagai sumber informasi terpercaya kian terasa pada era globalisasi dari “banjir informasi” seperti saat ini.[1]

Dalam kenyataan sehari-hari, istilah humas sering dikacaukan dengan istilah “periklanan”, “pemasaran”, “penjualan”, “publisitas”, dan “propaganda”. Meskipun diantara istilah-istilah ini terdapat hubungan yang erat (sebagian aspeknya memang tumpang-tindih), namun humas merupakan suatu entitas tersendiri yang memiliki definisi berbeda.[2]

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,  maka dapat penulis rumuskan permasalahan sebagai berikut:

  1. Apa fungsi puclic relations itu ?
  2. Apa tujuan Public Relations ?
  3. Apa dan siapa yang menjadi ruang lingkup Public Relations ?
  4. Apa kode etik Public Relations ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulisan makalah ini mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai, sebagi berikut:

  1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Public Relations
  2. Untuk mengetahui fungsi puclic relations
  3. Untuk mengetahui tujuan Public Relations
  4. Untuk mengetahui ruang lingkup Public Relations
  5. Untuk mengetahui kode etik Public Relations

                                                                                                                                                      II.     PEMBAHASAN

 

2.1 FUNGSI PUBLIC RELATIONS

Manager atau pimpinan politikus yang modern, seharusnya menjadi Public Relations minded dan menyadari juga tidak dapat menentukan strategi yang tepat bila mana tidak mendalami fingsi Public Relations dan peraturannya. Hal ini dikatakan juga oleh Anne van der Meiden dalam bukunya Public Relations een Kennismaking. Dia bertanggung jawab terhadap fungsinya yang telah ditentukan, semuanya ditulis secara nyata dari awal perencaan sampai dengan evaluasi secara detail.[3]

Dapat dikatakan bahwa Public Relations terlibat dan bersifat integratif dalam management organisasi tempat ia bekerja. Dia harus memberi identitas organisasinya dengan tepat dan benar serta mampu mengkomunikasikannya sehingga publik menaruh kepercayaa dan mempunyai pengertian yang jelas dan benar terhadap organisasi tersebut. dengan demikian pihak lain mau dan tertarik dengan senang hati, serta merasa puas membangun relasi maupun menggunakan produk atau jasanya.[4]

  1. Kesuksesan Public Relations terletak pada apakah organisasi dan produk atau jasanya diakui dan diterima publik.
  2. Public Relations secara terus menerus mengadakan komunikasi dan dialog dengan publik internal dan eksternal.
  3. Public Relations merupakan instrumen dalam management yang dengan secara continue memberi informasi kepada kelompok publik terkait.
  4. Public Relations merupakan fungsi management yang didasarkan pada analisis terhadap pengaruh yang kuat dari lingkungan, apa efek dan dampak nya terhadap publik internal dan eksternal, peraturan yang setelah diolah menjadi perencanaan yang nyata untuk direalisasikan, demi keuntungan dua belah pihak.[5]

Dalam bukunya Edwin Emery menyatakan “upaya yang terencana dan terorganisasi dari sebuah perusahaan atau lembaga untuk menciptakan hubungan-hubungan yang saling bermanfa’at dengan berbagai publiknya”.[6]

Dalam fungsinya, Public Relations – public internal secara terus menerus diberi informasi mengenai peraturan, seluk beluk organisasi atau perusahaan yang harus mereka ketahui dan menambah daya ikut memiliki dan keterlibatannya semakin meningkat.[7]

Fungsi Public Relations yang dilaksanakan denganbaik benar-benar merupakan alat yang ampuh untuk memperbaiki, mengembangkan peraturan, budaya organisasi atau perusahaan, suasana kerja yang kondusif, peka terhadap karyawan yang perlu pendekatan khusus, perlu dimotivasi dalam meningkatkan kinerjanya dan lain-lain.[8]

2.2 TUJUAN PUBLIC RELATIONS

Tujuan yang tepat tidak muncul begitu saja. Kita tidak bisa menemukan tujuan yang paling tepat hanya dengan duduk-duduk dibelakang meja dan memerintahkan orang-orang lain untuk melakukan ini atau itu. Ada dua cara untuk menetapkan tujuan. Cara yang pertama adalah dengan mengadakan riset khusus guna mengidentifikasi masalah yang sekiranya memerlukan solusi humas. Adapun cara yang kedua adalah dengan mengadakan serangkain diskusi atau konsultasi secara mendalam dengan pimpinan departemen atau kalangan staff inti guna mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan komunikasi paling mendasar.[9]

Secara umum ada sekitar 14 tujuan humas. Namun sehubungan dengan keterbatasan sumber daya, maka kita harus selalu membuat segala prioritas dari sekian banyak hal yang bisa dijadikan tujuan kegiatan humas dari sebuah perusahaan, beberapa diantaranya yang pokok adalah sebagai berikut[10] :

  1. Untuk mengubah citra umum dimata khalayak sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan.
  2. Untuk meningkatkan kualitas para calon pegawai (perusahaan) atau anggota (organisasi) yang hendak direkrut.
  3. Untuk menyebarluaskan suatu cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan.
  4. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas serta membuka pasar baru.
  5. Untuk mempersiapkan dan mengkondisikan masyarakat bursa saham atas perusahaan untuk menerbitkan saham baru atau saham tambahan.
  6. Untuk memperbaiki hubungan antara perusahaan itu dengan khalayaknya.
  7. Untuk mendidik para pengguna atau konsumen agar mereka leih efektif dan mengerti dalam memanfaatkan produk-produk perusahaan.
  8. Untuk meyakinkan khalayak bahwa perusahaan mampu bertahan atau bangkit kembali setelah terjadi suatu krisis.
  9. Untuk meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam rangka menghadapi risiko pengambil alihan oleh pihak-pihak lain di bursa saham.
  10. Untuk menciptakan identitas perusahaan atau citra lembaga yang baru, yang tentunya  lebih baik dari pada sebelumnya, atau yang lebih sesuai dengan kenyataan yang ada.
  11. Untuk menyebarluaskan aneka informasi mengenai aktifitas dan partisipasi para pimpinan perusahaan atau organisasi dalam kehidupan sosial sehari-hari.
  12. Untuk mendukung keterlibatan suatu perusahaan sebagai sponsor dari suatu acara.
  13. Untuk memastikan bahwasanya para politisi atau pihak pemerintah benar-benar memahami kegiatan-kegiatan atau produk perusahaan yang positif, agar perusahaan yang bersangkutan terhindar dari aneka peraturan, undang-undang dan kebijakan pemerintah yang bisa merugikan.
  14. Untuk menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan oleh perusahaan, agar masyarakat luas mengetahui betapa perusahaan itu mengutamakan kualitas dalam berbagai hal.

Meskipun 14 tujuan itu sudah cukup banyak, daftar tujuan ini masih bisa dikembangkan lebih jauh lagi, sesuai dengan keperluan masing-masing organisasi atau individu pelaku humas. Dengan menggunakan kedua cara tadi kini kita sudah dapat mendaftar sejumlah tujuan yang layak untuk dikejar. Hanya saja memerlukan sumber daya yang luar biasa besarnya guna menjangkau semuanya.[11]

2.3 RUANG LINGKUP PUBLIC RELATIONS

Kita dapat membedakan humas dari iklan, pertama-tama dari segi tujuannya. Tujuannya periklanan adalah penjualan melalui persuasi. Sedangkan tujuan humas adalah penyajian berbagai informasi dan pendidikan atau penyuluhan untuk menciptakan saling pemahaman. Upaya-upaya periklanan akan jauh lebih berhasil apabila didahului dengan kegiatan humas. Tentu saja, karena suatu produk akan lebih mudah dijual jika konsumen sudah mengetahui dan memahami keberadaannya.[12]

Kegiatan terpadu humas dan periklanan itu sering disebut sebagai “pendidikan pasar”. Ini merupakan contoh nyata betapa humas mampu mendukung strategi pemasaran. Humas itu memang merupakan kegiatan praktis dan bisa diandalkan guna meraih pangsa pasar yang tak akan dapat direbut bila kita semata-mata mengandalkan periklanan saja. Hal ini terutama sekali berlaku apabila produknya, baik itu berupa barang maupun jasa, atau pasarnya benar-benar baru. Banyak produk yang gagal dijual semata-mata karena pasarnya sendiri tidak terdidik dengan baik dalam kondisi pasar seperti itu, periklanan yang tidak didukung oleh kegiatan humas hanya akan memboroskan biaya. Dengan digunakannya riset pemasaran untuk mengetahui calon konsumen yang paling tepat, tentu saja segala bentuk, alat maupun wahana iklan yang ideal dan paling efektif akan mudah ditentukan.[13]

Barangkali anda mengira bahwa humas itu hanya terdiri dari urusan hubungan pers atau hubungan media, karena radio dan televisi juga sering dilibatkan. Namun sesungguhnya, humas jauh lebih luas dari sekedar penyelanggaraan hubungan yang baik antara pihak perusahaan atau organisasi dengan pihak media. Humas modern mencakup semua urusan yang harus diperhatikan oleh semua organisasi atau perusahaan public atau swasta, komersial maupun nirlaba. Bidang yang diurusnya bahkan lebih luas dari bidang pemasaran atau periklanan. Pihak yang harus dilayaninya bukan hanya konsumen, melainkan semua pihak yang memang terkait dengan suatu organisasi atau perusahaan, yaitu mulai dari masyarakat secara keseluruhan, para pemilik atau pemegang saham, pegawai, dll.[14]

Salah satu bidang perhatian humas saat ini adalah penanganan situasi krisis yang setiap saat bisa melanda perusahaan. Yaitu, mulai dari aksi pemogokan para pekerja, unjuk rasa masyarakat, hingga ancaman pengambil alihan saham-saham perusahaan di bursa. [15]

2.4 KODE ETIK PUBLIC RELATIONS

Kode etik merupakan aturan-aturan susila yang ditetapkan bersama dan ditaati bersama oleh seluruh anggota yang bergabung dalam suatu profesi. Jadi, kode etik merupakan persetujuan bersama yang timbul secara murni dari diri pribadi para anggota. Kode etik merupakan serangkaian dari diri pribadi para anggota. Kode etik merupakan serangkaian peraturan yang disepakati bersama guna menyatakan sikap atau prilaku para anggota profesi. Kode etik lebih mengingatkan pembinaan para anggota sehingga mampu memberikan sumbangan yang berguna dalam pelayanaannya kepada masyarakat.[16]

Lihatlah tabel dibawah ini!![17]

 

 

 

                                                                                                                                                                         III.            PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Humas menyangkut seluruh komunikasi yang berlangsung pada suatu organisasi, sedangkan periklanan – meskipun anggaran biayanya seringkali lebih besar daripada dana untuk departemen humas – terbatas pada bidang atau fungsi pemasaran saja. Anda tak akan mengerti apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan humas sebelum memahami perbedaan tersebut. Humas bukan “iklan gratis” (iklan layanan masyarakat), bukan pula sesuatu yang bisa dikorbankan untuk periklanan. Humas sama sekali bukanlah kegiatan yang cuma-cuma. Kegiatan-kegiatan kehumasan senantiasa menelan banyak waktu dan uang. Dalam bentuk yang paling kongkrit, biaya kehumasan berupa gaji para staffnya dan biaya konsultasi.[18]

Dari segi pembiayaan, humas juga berbeda dari periklanan. Ada beberapa cara yang digunakan biro-biro iklan untuk mendapatkan penghasilan mereka, namun yang utama adalah dari system komisi. Biro-biro iklan tersebut menerima komisi dari berbagai media atas kolom surat kabar dan majalah maupun waktu siaran TV dan radio yang mereka beli. Sedangkan perusahaan yang khusus bergerak di bidang kehumasan hanya memperoleh penghasilan dengan menjual waktu dan keahlian yang mereka miliki.[19]

Perbedaan-perbedaan terpenting antara bidang humas dengan bidang periklanan adalah sebagai berikut[20]:

  1. Tulisan-tulisan humas harus sepenuhnya faktual dan informatif, serta tidak boleh melebih-lebihkan seperti yang sering kita temukan pada tulisan-tulisan iklan.
  2. Humas juga dipakai oleh berbagai organisasi yang tidak terlibat dalam periklanan
  3. Humas terutama berurusan dengan para editor dan produser di media, sedangkan periklanan banyak berhubungan dengan media sebagai penjual ruang atau siaran iklan.
  4. Iklan lazimnya ditunjukkan kepada segmen-segmen pasar serta lapisan sosial tertentu, sedangkan humas dialamatkan pada segenap golongan atau kelompok orang yang kepadanya suatu organisasi harus berkomunikasi.
  5. Komponen-komponen biaya pada humas berbeda dengan biaya iklan.
  6. Media yang dipakai juga berlainan.
  7. Imbal jasa biro iklan dan konsultan humas pun berbeda. Biro iklan menerima sebagian besar pembayaran dalam bentuk komisi dari media dan potongan harga bagi pasokan iklannya, sedangkan penghasilan yang diterima konsultan humas bergantung terutama pada fee yang dihitung berdasarkan waktu yang telah dihabiskan untuk melayani klien, dan mereka jarang menerima komisi atau potongan harga dari pihak media.
  8. Mayoritas personil di bidang periklanan bekerja di biro-biro iklan, sedangkan mayoritas personil humas tidak bekerja di kantor konsultan melainkan di perusahaan atau organisasi lainnya.
  9. Sasaran utama iklan adalah membujuk orang-orang supaya melakukan sejumlah tindakan yang diinginkan. Sedangkan humas tidak berniat mendorong orang lain melakukan sesuatu, melainkan bertujuan menciptakan saling pengertian diantara segenap khalayaknya mengenai kedudukan perusahaan yang tepat, tentang produk atau jasanya.

Karena sifatnya yang persuasif, humas juga sering disalahartikan sebagai propaganda. Padahal, propaganda merupakan suatu usaha yang dilancarkan secara intensif dan berkesinambungan dengan tujuan menggalang dukungan missal bagi suatu pendapat, kredo (paham) atau kepercayaan tertentu. Oleh karena itu propaganda harus dibedakan dari humas karena konsentrasi kegiatannya dipusatkan pada hati (perasaan) dan ingatan.[21]

3.2 Saran

Tak ada gading yang tak retak. Tak ada manusia yang tak luput dari salah dan kekurangan. Sehingga kami-penyusun makalah membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan.

Penyusun menyarankan kepada pembaca untuk lebih banyak lagi membaca buku, jurnal atau apapun yang berhubungan dengan sejarah peradaban Islam. Karena kami hanyalah mahasiswa yang sama-sama masih menuntut ilmu sebanyak-banyaknya. Jadi, apabila terdapat kesalahan serta kekeliruan harap maklum.

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro,  M. Linggar. Teori dan Profesi Kehumasan. Jakarta:  PT Bumi Aksara, 2005.

Rumanti, Sr Maria Assumpta. Dasar-dasar Public Relation. Jakarta: PT Grasindo, 2005.